Implementasi Representasi
Pengetahuan dalam Mengidentifikasi Jati Diri Kayu
Mata Kuliah: Sistem Berbasis
Pengetahuan
Dosen Pengajar: Ibu Lulu C.
Munggaran
Disusun Oleh:
Lusy Legiliawati (16114177)
Tia Annisa (1A114741)
Resky Irvan Supryawan (19114083)
3 KA24
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016/2017
DAFTAR ISI
Halaman Utama ................................i
KATA PENGANTAR ...............................ii
DAFTAR ISI ...............................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................1
1.2 Identifikasi Masalah ...............................1
1.3
Rumusan Masalah ...............................1
1.4
Tujuan Penulisan ...............................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...............................2
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Kayu ...............................3
3.2 Strukur Kayu ...............................3
3.3 Sifat-sifat Kayu ...............................4
3.4 Klasifikasi Kayu ...............................8
3.5 Implementasi
Representasi Pengetahuan ................12
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..............................16
4.2 Saran ..............................16
DAFTAR PUSTAKA ..............................17
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah
Subhanahu wata?ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul Implementasi Representasi
Pengetahuan dalam Mengidentifikasi Jati Diri Kayu. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Berbasis Pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Demi kemajuan makalah ini,
kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Kami, selaku penyusun makalah mengharapkan pembaca
dapat memberikan pembelajaran bagi masyarakat yang bermanfaat serta memberi
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kayu merupakan sumber kekayaan alam bisa digunakan sebagai bahan
baku untuk konstruksi atap. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses
untuk dijadikan barang lain. Dengan kemajuan teknologi, kayu yang hanya sebagai
bahan mentah akan lebih mudah dalam
pemrosesan menjadi barang lain. Kayu tidak mempunyai sifat-sifat spesifik yang
bisa ditiru oleh bahan-bahan lain. Misalnya kayu mempunyai sifat elastis, ulet,
mempunyai ketahanan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau
sejajar seratnya dan masih ada sifat-sifat lainnya. Sifat-sifat seperti ini
tidak dimiliki oleh bahan-bahan, seperti: baja, beton, atau bahan-bahan lain
yang bisa dibuat oleh manusia. Penggunaan kayu untuk suatu tujuan tertentu pun
tergantung dari sifat-sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan
teknis yang diperlukan, hal ini
mengarah ke jenis kayu yang akan di pilih. Oleh karena itu penting bagi kita untuk
mempelajari tentang perbedaan yang dimiliki suatu kayu berdasarkan
karakteristiknya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
dijelaskan diatas, permasalahan yang terjadi adalah mengidentifikasi jati diri
suatu kayu.
1.3 Rumusan Masalah
·
Apa pengertian kayu itu?
·
Bagaimana struktur yang
dimiliki oleh kayu?
·
Bagaimana sifat yang
dimiliki oleh kayu?
·
Bagaimana implementasi
representasi pengetahuan dalam menentukkan jati diri suatu kayu?
1.4 Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Sebagai media pembelajaran tentang jenis kayu.
2. Sebagai pengembangan representasi pengetahuan dalam menentukkan
jenis kayu.
3. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah “Sistem Berbasis Pengetahuan”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kayu memiliki kekurangan atau keterbatasan beberapa diantaranya
adalah sebagai berikut, pertama kayu mudah menyerap air. Hal ini menjadi kurang
baik jika kayu ditempatkan pada elemen eksterior. Tapi, ada pula jenis kayu
yang tahan terhadap air, salah satunya adalah kayu ulin. Kedua, kayu rentan
terhadap serangan rayap sehingga diperlukan perawatan khusus, seperti melapisi
kayu dengan pernis. Ketiga, kayu mudah terbakar. Jika kayu sudah terbakar maka api
akan cepat merambat ke bagian lainnya (Rahmawati,
2014).
Salah satu sifat fisik kayu yaitu tekstur. Tekstur ialah ukuran
relatif sel-sel kayu. Maksud sel kayu adalah serat-serat kayu, jadi dapat
dikatakan bahwa tekstur ialah ukuran relatif serat-serat kayu. berdasarkan
tekstur nya, jenis kayu dapat dibedakan kedalam tiga golongan. Ketiga golongan
tersebut adalah kayu bertekstur halus, misalnya giam, lara, kulim, dan
lain-lain. Kayu bertekstur sedang, misalnya jati, sonokeling, dan lain-lain.
Kayu bertekstur kasar, misalnya kempas, meranti, dan lain-lain (Dumanauw, 2001).
Tanaman kayu tersebar dari lereng gunung hingga pantai. Setiap
jenis memiliki kecocokan dengan habitat tertentu. Pohon poplar, wilow, atau oak
tidak akan kita jumpai didaerah indonesia karena hidup diiklim subtropis.
Demikian juga pohon damar atau mindi tidak akan hidup di benua eropa yang
memiliki empat musim. Jelutung atau gempol toleran dan tumbuh baik ditempat
yang kerap tergenang air, tetapi ditempat yang sama jabon tumbuh dengan lambat
(Mansur, 2005).
BAB III
Pembahasan
3.1 Pengertian Kayu
Kayu adalah bagian keras tanaman yang digolongkan kepada pohon
dan semak belukar. Kayu digunakan untuk berbagai keperluan,
mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu,
jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat
dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.
Kayu merupakan produk organisme hidup, oleh karena itu kayu
mempunyai sifat-sifat alami
yang sangat unik
dan setiap jenis
kayu mempunyai penampilan yang karakteristik. Sifat-sifat kayu yang unik
itu inherent dalam struktur anatomi
sel-sel penyusunnya (Bodig
dan Jayne 1982; Haygreen dan Bowyer 1986). Dalam ilmu kayu, kayu
tersusun atas beberapa bagian utama yaitu selulosa dan lignin.
3.2 Struktur Kayu
Kayu sebagian besar terdiri dari sel-sel
pembuluh yang sumbu panjangnya sejajar dengan sumbu panjang batang. Sel-sel ini tersusun atas
selulosa yang dan di ikat menjadi satu oleh bahan penyemen yang disebut lignin.
Arah sumbu panjang ini diacu sebagai arah serat kayu dan penting untuk
di kenal, karena
sifat kayu yang
sejajar serat sangat berbeda dengan yang tegak lurus
terhadap serat.
Penampang pohon yang
dipotong melintang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kulit
1. Kulit luar yang mati, mempunyai ketebalan yang bervariasi
menurut jenis pohon. Bagian yang terdapat diluar dan bersiat sebagai pelindung
bagian-bagian yang terdalam.
2. Kulit bagian dalam yang bersifat hidup dan tipis.
Kulit berfungsi sebagai jalan bahan makanan dari daun ke
bagian-bagian tanaman.
b. Kambium
Berada
didalam kulit dalam. Bagian ini yang membuat sel-sel kulit dan sel-sel kayu.
Dengan adanya kambium maka pohon lambat laun bertambah besar. Pertumbuhan
meninggi ditentukan oleh jaringan meristem. Kambium terletak antara kulit dalam
dan kayu gubal.
c. Kayu Gubal
Biasanya
berwarna keputih-putihan. Bagian kayu ini masih muda terdiri dari sel-sel yang
masih hidup, terletak di sebelah dalam kambium dan berfungsi sebagai penyalur
cairan dan tempat penimbunan zat-zat makanan. Tebal lapisan kayu gubal
bervariasi menurut jenis pohon. Umumnya jenis yang tumbuh cepat mempunyai
lapisan kayu gubal lebih tebal dibandingkan dengan kayu terasnya. Kayu gubal
biasanya mempunyai warna terang.
d. Kayu Teras
Bagian
ini warnanya lebih gelap dari kayu gubal. Kayu teras sebelumnya adalah kayu gubal,
ini disebabkan terhentinya fungsi sebagai penyalur
cairan dan proses lainnya. Dibandingkan kayu gubal, kayu
teras umumnya lebih tahan terhadap serangan serangga, bubuk kayu, jamur, dan
sebagainya.
e. Hati
Bagian
lingkaran kecil yang berada paling tengah dari batang kayu. Hati berasal dari
kayu awal, yaitu bagian kayu yang pertama kali dibentuk oleh kambium. Oleh
karena itu umumnya mempunyai sifat rapuh atau sifat lunak.
f. Lingkaran Tahun
Batas
antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan pada akhir suatu musim. Melalui
lingkaran-lingkaran tahun ini dapat diketahui umur pohon. Lingkaran tahun dapat
mudah dilihat pada beberapa jenis kayu daun lebar. Pada jenis- jenis lain,
lingkaran tahun ada kalanya sulit dibedakan terutama di daerah tropic, karena
pertumbuhan praktis berlangsung sepanjang tahun.
g. Jari-jari
Dari luar
ke dalam berpusat pada sumbu batang, berfungsi sebagai tempat saluran bahan
makanan yang mudah diproses di daun guna pertumbuhan pohon.
3.3
Sifat Kayu
Terdapat
dua sifat utama kayu dalam pengenalan jati dirinya, yaitu sifat makroskopis dan
sifat mikroskopis. Secara objektif, sifat mikroskopis lebih bisa diandalkan
dalam menentukkan jati diri suatu kayu daripada sifat makroskopis yang hanya
diketahui melalui panca indera.
1. Ciri Makroskopis
Menurut Tsoumis (1991), sifat makroskopis kayu adalah sifat yang
terlihat pada kayu tanpa harus menggunakan mikroskop. Bila perlu hanya dibantu
dengan lup dengan perbesaran 10-15 kali. Mandang dan Pandit (2002) menyebutkan
bahwa ciri umum kayu yang dapat diamati secara makroskopis diantaranya adalah
warna dan corak, tekstur, arah serat, kilap, kesan raba, bau dan rasa, serta
kekerasan.
a. Warna Kayu
Warna asli kayu sangat bervariasi dari hampir putih sampai
hitam. Warna kayu disebabkan karena adanya zat ekstraktif. Perbedaan warna
tidak hanya terjadi antar jenis, tetapi juga dalam jenis yang sama, bahkan
dalam sebatang pohon. Warna dari suatu jenis kayu dipengaruhi oleh lokasi kayu
di dalam batang, umur pohon waktu ditebang, dan kelembaban udara. Kayu yang
berasal dari pohon yang lebih tua umumnya lebih gelap dibandingkan dengan kayu
yang berasal dari pohon yang lebih muda dari jenis yang sama (Pandit &
Ramdan 2002).
b. Tekstur
Tekstur berkaitan dengan kualitas permukaan kayu yang ditentukan
oleh ukuran relatif sel-sel dominan penyusun kayu. Dikatakan bertekstur halus
jika sel-sel dominan penyusun kayu terutama pembuluh dan serat berukuran kecil,
sebaliknya bertekstur kasar jika sel-sel dominannya berukuran relatif besar
(Mandang & Pandit 2002).
c. Arah Serat
Arah serat kayu adalah orientasi longitudinal dari sel-sel
dominan penyusun kayu terhadap sumbu batang pohon atau terhadap orientasi
sel-sel dominan yang ada di lapisan sebelah atas atau sebelah bawahnya.
Dikatakan berserat lurus jika orientasi sel-sel dominan tadi searah dengan
sumbu batang. Kayu berserat miring apabila orientasi sel-sel dominan tadi
membentuk sudut terhadap sumbu batang pohon (Mandang & Pandit 2002).
d. Kilap
Suatu jenis kayu dikatakan mengkilap jika permukaannya
memantulkan cahaya. Ada jenis-jenis kayu yang kusam, agak mengkilap, dan sangat
mengkilap (Mandang & Pandit 2002).
e. Kesan Raba
Kesan raba dinilai dari licin atau kesat permukaan kayu.
Penetapannya dilakukan dengan menggosok-menggosokan jari ke permukaan kayu.
Beberapa jenis kayu terasa licin jika diraba. Biasanya kayu yang mempunyai
tekstur halus dan berat jenis tinggi menimbulkan kesan raba yang licin. Kesan
yang licin dapat pula bertambah jika kayu mengadung minyak (Mandang &
pandit 2002).
f. Bau dan Rasa
Pada umumnya kayu mempunyai bau dan rasa tertentu apalagi waktu
masih segar, tetapi kebanyakan bau dan rasa tersebut sulit untuk diterangkan.
Hanya beberapa diantaranya yang mempunyai bau dan/atau rasa yang mudah dikenal
(Mandang & Pandit 2002).
g. Kekerasan
Kekerasan dinilai sangat lunak, lunak, agak lunak, agak keras,
dan sangat keras. Penetapannya dilakukan dengan menyayat kayu pada arah tegak
lurus serat. Kayu yang semakin keras akan semakin sukar disayat dan bekas
sayatannya pun mengkilap (Mandang & Pandit 2002).
2.
Sifat mikroskopis adalah
sifat yang dapat kita ketahui denganmempergunakan alat bantu, yaitu kaca
pembesar (loupe) dengan pembesaran 10 kali. Sifat struktur yang diamati adalah
:
a. Lingkar
Tumbuh
Lingkar tumbuh adalah batas antara sel-sel yang dibentuk akibat
perubahan musim namun tidak mesti dalam satu tahun. Lingkar tumbuh berbeda
dengan lingkaran tahun dalam hal waktu pembentukannya. Lingkaran tahun adalah
lingkaran tumbuh yang terbentuk setiap satu tahun.
Pengelompokan suatu jenis
kayu berdasarkan lingkaran tumbuh atau lingkaran tahunnya dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
1. Kayu yang mempunyai batas lingkar tumbuh yang jelas, yaitu kayu
yang mempunyai perubahan struktur yang mendadak pada batas antara kayu awal dan
kayu akhir. Biasanya termasuk perubahan pada ketebalan dinding sel dan atau
perubahan pada diameter radial seratnya.
2. Kayu yang mempunyai batas lingkar tumbuh yang tidak jelas atau
tidak ada, yaitu lingkar tumbuh yang samar yang ditandai oleh perubahan
struktur yang terjadi secara berangsur-angsur pada zona tertentu, atau sama
sekali tidak dapat dilihat dengan jelas
Lingkar tumbuh dapat ditandai oleh satu atau beberapa perubahan
sebagai berikut:
Serat atau trakeida kayu akhir berdinding tebal dan menggepeng
radial dibandingkan serat atau trakeida kayu awal yang berdinding tipis.
Perbedaan mencolok diameter pembuluh kayu awal dan diameter
pembuluh kayu akhir.
Parenkim marjinal (terminal atau insial) tidak teratur dan
tanpa adanya perubahan diameter serat atau ketebalan dinding serat.
Trakeida vaskular dan sel pembuluh yang sangat kecil dan
sangat banyak membentuk jaringan dasar kayu akhir, yang tidak ditemukan pada
kayu awal.
Penurunan frekuensi parenkim pita pada zona kayu akhir yang
menyebabkan keberadaan wilayah serat makin jelas.
Pembengkakan jari-jari.
b. Sel Pembuluh (pori)
Menurut Tsoumis (1991), sel pembuluh atau pori hanya terdapat
pada kayu daun lebar. Dalam batang, sejumlah sel pori tersusun secara
bertingkat membentuk suatu kesatuan ke arah longitudinal menyerupai pipa
(saluran) yang panjangnya bervariasi. Struktur yang demikian lebih dikenal
sebagai jaringan pembuluh.
Panjang satu sel pembuluh pada umumnya berkisar antara 200
sampai 100 m dengan diameter berkisar antara 40 sampai 400 m tergantung pada
jenis kayunya. Jarang yang kurang atau lebih dari itu. Pada pohon, sel-sel
inilah yang berfungsi sebagai penyalur air dan zat hara dari akar ke daun dan
sebaliknya. Ciri pembuluh dapat berbeda dari satu jenis kayu ke jenis yang
lain. Ciri tersebut meliputi sebaran, susunan, diameter, frekuensi, bentuk
bidang perforasi, dan isi (Mandang & Pandit 2002).
c. Serat Sel-sel yang berbentuk panjang langsing dikenal
dengan nama serat. Dinding umumnya lebih tebal daripada dinding parenkima
maupun dinding pembuluh. Panjangnya antara 300-3600 μm tergantung pada jenis
pohon dan posisinya dalm batang. Diameternya antara 15 sampai 50 μm. Ketebalan
dindingnya relatif dibanding diameter, dapat tipis, tebal atau sangat tebal.
Serat dikatakan berdinding sangat tebal jika lumen atau rongga selnya terisi
dengan lapisan-lapisan dinding. Dari ciri inilah dapat dipahami bahwa serat berfungsi
sebagai penguat batang pohon (Mondang & Pandit 2002).
d. Parenkim
Parenkim merupakan jaringan yang berfungsi untuk menyimpan serat
mengatur bahan makanan cadangan. Menurut penyusunnya, parenkim dibedakan
menjadi 2 macam yaitu parenkim aksial yang tersusun vertikal dan parenkim
jari-jari yang tersusun secara horizontal (Pandit & Ramdan 2002).
e. Jari-jari
Jari-jari berfungsi sebagai jalan angkutan bagi cairan pohon
dalam arah horizontal dari dan ke lapisan floem. Sel jari-jari diproduksi dari
pembelahan sel inisial jari-jari dalam kambium. Inisial jari-jari sendiri
berasal dari pembelahan inisial jari-jari sendiri atau yang lain atau dari
pembelahan yang tidak sama dari inisial bentuk kumparan (Haygreen & Bowyer
1989).
f. Saluran Intraselular
Saluran Intraselular adalah saluran yang berada di antara
sel-sel kayu yang berfungsi sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini
tidak selalu ada pada setiap jenis kayu, tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis
tertentu.
g. Saluran Getah
Saluran
getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya seperti
lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi
hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu.
h. Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang
bertingkat-tingkat dan biasanya terlihat pada bidang tangensial. Tanda
kerinyut juga tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya pada
jenis-jenis tertentu.
i. Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang berada di
antara kayu, yang terbentuk sebagai akibat kesalahan kambium dalam membentuk
kulit. Gelam tersisip juga tidak selalu ada pada setiap jenis kayu.
3.4 Klasifikasi Kayu
Klasifikasi tumbuhan kayu terbagi menjadi dua kelompok yaitu
kayu keras dan kayu lunak. Pohon kayu keras dan kayu lunak memiliki perbedaan.
Berdasarkan klasifikasi tumbuhan keduanya sama-sama termasuk ke dalam divisi
tumbuhan spermatophyta (tumbuhan yang menghasilkan biji), tetapi kayu keras dan
kayu lunak berbeda pada subdivisi. Kayu keras berada pada subdivisi
Angiospermae, sedangkan kayu keras berada pada subdivisi Gymnospermae.
Tumbuhan pada subdivisi Angiospermae ditandai dengan produksi
biji di dalam ovarium, sedangkan Gymnospermae menghasilkan biji yang tidak
memiliki lapisan penutup. Perbedaan kayu lunak dan kayu keras tidak hanya dalam
hal penampakan luarnya saja, tetapi kayu-kayu yang dibentuknya juga berbeda
dalam struktur dan morfologinya. Selain itu, tipe sel dan jumlah serta
penyusunnya juga terdapat perberbedaan.
Pohon kayu lunak memiliki
ciri yaitu daunnya seperti jarum (daun jarum). Tidak semua jenis pohon kayu
lunak memiliki daun yang seperti jarum. Istilah daun jarum pada kayu lunak
ditentukan berdasarkan pemeriksaan ada tidaknya pembuluh pada penyusun batang
pohon tersebut. Pada kayu lunak tidak
memiliki pembuluh dan serat-serat kayunya banyak mengandung trakeida-trakeida.
Pohon kayu lunak dikenal sebagai evergreen karena sebagian besar tetap hijau
sepanjang tahun dan setiap tahunnya hanya sedikit saja daun yang berjatuhan.
Pohon kayu lunak memiliki buah yang bersisik berbentuk kerucut (cone) sehingga
disebut dengan konifer. Pada umumnya batang pohon jenis kayu lunak bentuknya
silindris, percabangannya monopodial dan bentuk tajuk meruncing.
Berikut yang termasuk dari jenis kayu lunak, yaitu:
1. Pinus sp. (Biasanya digunakan dalam pembuatan korek api)
a. Warna: Kayu teras berwarna merah kecoklatan dan kayu gubal berwarna
kuning dan krem. Garis lingkaran tahun pinus radiata tampak sedikit jelas
terlihat sehingga garis serat kayu pada pembelahan tangensial bisa terlihat
jelas pula.
b. Arah serat: Cenderung lurus tapi terdapat banyak mata kayu karena pohon
pinus radiata memiliki banyak cabang kecil pada batangnya.
c. Kesan raba: Permukaan kayu ini terasa licin bila diraba.
d. Kekekrasan: Kayu ini memiliki tingkat kekerasan sedang.
e. Tekstur: Kayu ini memiliki tekstur kasar.
2. Agathis sp. (Biasanya digunakan untuk pembuatan tiang perahu)
a. Tekstur: Salah satu keunggulan kayu Agathis adalah teksturnya. Kayu ini
banyak digunakan dalam industri furniture karena teksturnya yang halus serta
merata.
b. Warna: kayu Agathis cenderung memiliki warna seragam pada bagian
pinggir (gubal) dan tengahnya (teras). Sehingga kita tidak akan melihat atau
sulit melihat perbedaan yang signifikan pada bagian pinggir dan tengahnya.
Warna yang umum pada kayu ini adalah kuning agak keputih-putihan. Namun
demikian, terdapat variasi lain yang kadang ditemui yakni kuning kecoklatan
hingga agak kemerahan.
c. Arah serat: Kayu agathis memiliki arah serat yang bervariasi. Arah serat
yang dominan pada kayu ini adalah lurus. Akan tetapi, terdapat pula variasi
lainnya yakni pola serat terpilin.
d. Kesan raba: Permukaan kayu ini terasa licin bila diraba.
e. Kekekrasan: Kayu ini memiliki tingkat kekerasan sedang.
Berbeda dengan kayu
lunak, kayu keras memiliki daun lebar (umumnya berubah warna dan jatuh
pada musim gugur di daerah beriklim sedang). Pohon kayu keras menghasilkan biji
di dalam acorns, pods (kulit buah) atau badan buah lainnya. Selain itu, pohon
kayu keras lebih banyak memilki cabang dan tajuk berbentuk bulat. Tidak semua
pohon kayu keras menggugurkan daun pada musim gugur dan pada daerah tropis.
Kayu keras memiliki pembuluh pada penyusun batang pohonnya, hal ini yang
membuat adanya perbedaan pokok antara kayu lunak dengan kayu keras. Secara
insidentil tidak semua kayu keras menghasilkan kayu keras dan padat. Meskipun
ada implikasi nama kayu keras dan kayu lunak, banyak pohon kayu lunak
menghasilkan kayu yang lebih keras dan lebih padat dari pada kayu yang
dihasilkan oleh sebagian pohon kayu keras.
Berikut yang termasuk kayu keras, yaitu:
1. Tectona Grandis (Jati) (Biasanya digunakan untuk furniture
a. Warna: ketika baru dibelah jati memiliki warna coklat kemerah-merahan
dan setelah terkena sinar matahari warna kayu menjadi coklat muda.
b. Arah serat: Memiliki arah serat yang cenderung lurus.
c. Kesan raba: Permukaan kayu ini terasa licin bila diraba.
d. Kekekrasan: Sifat Kayu Keras dan tahan terhadap perubahan cuaca, memiliki pengembangan
dan penyusutan yang kecil.
e. Tekstur: Kayu ini memiliki tekstur halus.
2. Shorea sp. (Bengkirai/Yellow Balau)(Biasanya digunakan untuk furniture
a. Warna: Berwarna kuning dan kadang tampak sedikit kecoklatan, oleh
karena itu disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras
cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja
dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan.
b. Arah serat: Serat yang lurus atau berputar dan saling bertautan.
c. Kesan raba: Permukaan kayu umumnya halus.
d. Kekekrasan: Kayu Bangkirai juga termasuk jenis kayu kuat dan keras. Sifat
kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul
retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai sering dijumpai
adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi dengan
wood filler. Secara struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu
bangkirai itu sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material
konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang
tahan terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan bahan material untuk di
luar bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor flooring / decking, dll.
e. Tekstur: Tekstur kayu bervariasi dari halus sampai kasar, secara umum
sedikit kasar, atau kasar.
3.5 Impelementasi Representasi
Pengetahuan
Representasi pengetahuan adalah cara untuk menyajikan
pengetahuan yang diperoleh ke dalam suatu skema/diagram tertentu sehingga dapat
diketahui relasi antara suatu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain dan
dapat dipakai untuk menguji kebenaran penalarannya.
Secara teknik penulis akan membahas representasi pengetahuan
menjadi tiga, yaitu:
1. Aturan Produksi (Production Rules)
• Sering digunakan untuk merumuskan pengetahuan pada Sistem Pakar
• Variasi formalnya Backus-Naur Form (BNF)
– metalanguange untuk mendefinisikan sintaks bahasa
– grammar adalah sekumpulan aturan produksi yang 11 lengkap dan
tidak ambigu untuk bahasa yang spesifik
– parse tree adalah representasi grafis dari kalimat pada suatu
bahasa
– Hanya menyediakan deskripsi sintaks dari suatu bahasa
• Tidak semua kalimat masuk akal.
Berikut ini adalah pengimpelementasian production rules dalam
penentuan jati diri suatu kayu, yaitu:
2. Jaringan Semantik: Pengetahuan disusun dalam sebuah jaringan
yang memiliki komponen utama:
• Representasi grafis dari informasi proposisional
• Awalnya dikembangkan oleh MR Quillian sebagai model untuk memori
manusia
• Berlabel, bentuknya graph berarah
• Node mewakili benda, konsep, atau situasi.
• Label menunjukkan nama.
• Node dapat berupa objek individual atau kelas (node generik)
• Link mewakili hubungan/relasi.
– hubungan berisi informasi struktural pengetahuan untuk
diwakili.
– label menunjukkan jenis hubungan.
Berikut ini adalah pengimpelementasian jaringan semantik dalam
penentuan jati diri suatu kayu, yaitu:
3. OAV TRIPLET
Ada 3 hal yaitu OBJECT, ATTRIBUTE, VALUE (OAV) Triplet yang
sering digunakan untuk membangun jaringan semantic.
oOBJECT : dapat berupa fisik atau konsepsi.
oATTRIBUTE : karakteristik objek.
oVALUE : ukuran spesifik dari atribut dalam situasi
tertentu.
Triplet
OAV secara khusus digunakan untuk merepresentasikan
fakta dan pola guna menyesuaikan fakta dalam aturan yang
antecedent. Jaringan semantic untuk beberapa sistem terdiri
dari node untuk objek, atribut dan nilai yang dihubungkan
dengan IS A dan HAS A.
fakta dan pola guna menyesuaikan fakta dalam aturan yang
antecedent. Jaringan semantic untuk beberapa sistem terdiri
dari node untuk objek, atribut dan nilai yang dihubungkan
dengan IS A dan HAS A.
Berikut ini adalah
pengimpelementasian Triplets OAV dalam penentuan jati diri
suatu kayu, yaitu:
Object
|
Attribute
|
Values
|
Pinus Sp.
|
Warna
|
Kayu
teras berwarna merah kecoklatan, kayu teras berwarna kuning dan krem
|
Arah Serat
|
Memiliki arah serat lurus dan terdapat mata
pada kayu
|
|
Kesan
Raba
|
Terasa
licin bila diraba
|
|
Kekerasan
|
Kekerasan sedang
|
|
Tekstur
|
Berteksur
kasar
|
|
Agathis Sp.
|
Warna
|
Kuning
keputih-putihan, kuning, kuning kecoklatan, kuning kemerahan
|
Arah
Serat
|
Kecendrunagn
maata
|
|
Kesan Raba
|
Terasa licin bila diraba
|
|
Kekerasan
|
Kekerasan
sedang
|
|
Tekstur
|
Bertektur halus
|
|
Tectona Grandis
|
Warna
|
Coklat
kemerah-merahan
|
Arah Serat
|
Memiliki arah serat lurus
|
|
Kesan
Raba
|
Terasa
licin jika diraba
|
|
Kekerasan
|
Tahan terhadap cuaca
|
|
Tekstur
|
Bertekstur
halus
|
|
Shorea sp.
|
Warna
|
Kuning kecoklatan
|
Arah
Serat
|
Berserat
lurus, berputar, dan saling berkaitan
|
|
Kesan Raba
|
Permukaan halus
|
|
Kekerasan
|
Kuat
dan keras
|
|
Tekstur
|
Bertekstur kasar sampai halus.
|
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Pada makalah ini ada tiga metode yang dipakai yaitu metode production
rules, jaringan semantic dan OAV Tripels. Dari ketiga metode yang digunakan ,
ketiganya mempunyai kekurangan dan kelebihan masing – masing. Dalam pemilihan
metode tersebut , kita dapat sesuaikan tergantung penerapannya pada suatu
permasalahan. Metode apa yang paling tepat untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut.
4.2 Saran
Sebaiknya pilih satu metode saja untuk menyelesaikan permasalahan yang
ada. Agar penyelesaian permasalahan tersebut dapat teratasi dengan tepat dan
tidak lupa, disesuaikan dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Dumanauw, J.F. 2001.
Mengenal Kayu. Kanisius, Yogyakarta.
“BAGIAN BAGIAN KAYU”.TIPS PETANI.1
September 2015.Web.16 Oktober 2016.http://tipspetani.blogspot.co.id/2015/09/bagian-bagian-kayu.html
“Sifat Makroskopis dan
Mikroskopis Kayu”.ALVISS.20 November 2013.16 Oktober 2016. http://terserahblogg.blogspot.co.id/2013/11/sifat-makroskopis-dan-mikroskopis-kayu.html
Haygreen GJ, Bowyer JI.
Forest Product and Wood Science an Introduction. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Muhdi. 2004. Riap Pohon
Jenis Daun Jarum dan Pohon Jenis Daun Lebar [Skripsi]. Medan: Ilmu
Kehutanan-Fakultas Pertanian USU.
Shmulsky R, Jones PD, Lilley
K. 2011. Forest Products and Wood Science An Introduction. Edisi ke-6. USA:
Wiley-Blackwell.
“Kayu Pinus”.tentangkayu.com.2008.19 Oktober 2016. http://www.tentangkayu.com/2008/06/kayu-pinus.html
“Mengenal Kayu Agathis, dari Berat Hingga
Serat”.Biopolish.15 April 2015.19 Oktober 2016. http://www.biopolish.com/mengenal-kayu-agathis-dari-berat-hingga-tekstur-232/
“Kayu Bangkirai/Yellow
Balau”.tentangkayu.com.2008.19 Oktober 2016. http://www.tentangkayu.com/2009/08/kayu-bangkiraiyellow-balau.html
“Contoh Serat Kayu”.Tukang Kusen
Kayu.19 Oktober 2016. http://pspkusenpage4me.page4.me/kayu_jati.html